eei-alex.com – Instansi Pelindungan Saksi Korban (LPSK) menemani keluarga Afif Maulana (13) pada proses ekshumasi yang diadakan Kamis (8/8/2024) tempo hari. Afif adalah remaja yang diperhitungkan wafat karena penganiayaan oleh anggota polisi.
“LPSK datang untuk pastikan terlaksananya program pelindungan saksi dan korban melalui meng ikuti proses ekshumasi. LPSK mengharap prosesnya berjalan dengan baik hingga bisa ungkap pemicu kematian AM dengan sebenar-benarnya,” kata Wakil Ketua LPSK Mahyudin dalam info tercatat, Jumat (9/8/2024).
Mahyudin sampaikan, LPSK datang pada proses ekshumasi yang sudah dilakukan oleh team Perhimpunan Dokter Forensik dan Medikolegal Indonesia (PDFMI).
Proses ekshumasi itu berjalan jam 07.48 WIB. Mayat Afif selanjutnya dibawa ke instalasi forensik RSUP M Djamil Padang untuk dilaksanakan otopsi kembali.
Mahyudin menjelaskan, team forensik PDFMI diprediksi menyelesaikan dan mendapatkan ringkasan hasil otopsi sesudah empat minggu proses ekshumasi.
“Selainnya lakukan pengiringan pada beberapa terlindungi (keluarga AM) dalam penerapan ekshumasi dan otopsi, LPSK lakukan koordinir berkaitan perubahan pengatasan kasus dan dengan psikiater,” kata Mahyudin.
Awalnya, LPSK putuskan memberikan pelindungan ke 20 orang terlindungi, dengan 5 terlindungi dari keluarga AM.
Mereka memperoleh pelindungan berbentuk program pemenuhan hak prosedural (PHP), hak atas informasi, dan pemulihan psikis.
Kematian Afif diketahui sesudah jasadnya diketemukan di Sungai Kuranji, Kota Padang, pada 9 Juni 2024.
Saat sebelum meninggal, dia ada di jembatan Kuranji yang waktu itu diperhitungkan sedang terjadi tindakan tawuran.
Faksi keluarga menyangka kuat jika anaknya itu disiksa pelaku polisi yang patroli di tempat jembatan Kuranji.
Faksi keluarga memiliki pendapat begitu karena menyaksikan ada keganjilan dalam pengatasan kasus dan jumlahnya bengkak di badan bocah berumur 13 tahun tersebut.
Tetapi, faksi Polda Sumbar menyebutkan Afif tidak meninggal disiksa, tapi karena jatuh ke sungai di atas jembatan Kuranji.