Kesempatan di tengah-tengah perang dagang AS-China

eei-alex.comĀ  – Dikutip dari media situs ahotelinitaly.com, perang dagang di antara Amerika Serikat dan China menjadi set panjang yang mengguncangkan ekonomi global semenjak 2018.

Dua raksasa ekonomi dunia ini sama-sama berbalas biaya, membuat ketidakjelasan yang merembes ke seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Perang sama juga menghangat lagi pada awal tahun ini saat Pemerintah Trump meningkatkan biaya pada beberapa produk tehnologi dari China, seperti kendaraan listrik dan panel surya, dengan argumen membuat perlindungan industri lokal.

Sebagai balasan, China mempererat biaya import untuk beberapa produk pertanian dan energi dari AS dan batasi export bahan baku penting seperti logam tanah jarang-jarang yang diperlukan industri tehnologi AS.

Tetapi, seperti peribahasa lama, dibalik tiap kritis ada selalu kesempatan. Indonesia yang ada di lajur persilangan, dituntut untuk sanggup menyaksikan sela antara retakan bentrokan ini dan menggantinya menjadi keuntungan vital.

Untuk Indonesia sendiri, imbas pertama langsung berasa ialah ketidakjelasan pasar global. Export Indonesia, khususnya komoditas seperti karet, kelapa sawit, dan tekstil, akan hadapi penekanan karena pelemahan keinginan dari ke-2 negara itu. Sejauh ini AS dan China ialah dua dari 5 partner dagang paling besar Indonesia.

Saat mereka repot sama-sama memukul dengan biaya tinggi, rantai suplai global turut terbuncang. Beberapa barang yang umumnya mengucur bebas sekarang terhalang oleh kendala biaya dan peraturan baru. Mengakibatkan, exportir Indonesia akan rasakan dampak dari melambannya perdagangan global.

Isi kekosongan

Tetapi, bila disaksikan lebih dalam, perang dagang ini buka jendela peluang untuk Indonesia untuk isi kekosongan pasar yang ditinggal oleh ke-2 negara.

Contohnya, beberapa produk pertanian dan manufacturing yang umumnya di-export China ke AS sekarang hadapi biaya tinggi.

Disini Indonesia dapat masuk sebagai alternative penyuplai. Produk seperti tekstil, alas kaki, dan electronic enteng punyai kesempatan besar untuk mengambil pasar AS yang mencari sumber baru di luar China.

Begitupun kebalikannya, beberapa barang yang pernah di-import China dari AS sekarang dapat diganti oleh produk Indonesia, khususnya di bidang pertanian seperti kedelai dan jagung.

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Esther Sri Astuti memandang Indonesia dapat ambil kesempatan itu khususnya untuk beberapa produk electronic. Tetapi, kesempatan itu cuma akan diwujudkan bila Indonesia sanggup tingkatkan daya saing produk.

Oleh karenanya, Indonesia harus sanggup menekan ongkos produksi dan harga produk supaya bisa isi kekosongan pasar AS yang ditinggal China.

Disamping itu, kesepakatan multilateral juga signifikan untuk meluaskan jaringan perdagangan internasional. Bila tidak, Indonesia cuma bisa menjadi pemirsa dalam kompetisi global ini.

Disamping itu, ada kesempatan yang lain lebih vital, yakni relokasi investasi. Banyak beberapa perusahaan multinasional yang pernah berbasiskan di China mulai pertimbangkan untuk mengalihkan pabrik mereka ke negara lain untuk menghindar dari biaya AS.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *